Buat saudara
pecinta alam se-Indonesia, dan buat kalian-kalian yang mungkin ingin lebih
mengetahui apa sebenarnya pecinta alam , dan kenapa seorang mahasiswa harus
lebih banyak aktif dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian, semoga sedikit
yang tercantum dalam blog nie bisa lebih menamba wawasan kalian-kalian....
Sebenarnya
sejak manusia di ciptakan , kita harusx lebih sadar bahwa alam adalah
temannya... bukan hal mudah bila alam tak sejalan dengan umat manusia, berbagai
bencana pun bahkan berawal dari manusi yang tak lagi sejalan dengan alam....
seharusnya para pemikir harus lebih sadar, eksploitasi alam bukanlah hal baik
buat kedepan, apa anak cucu kita akan hidup tanpa adanya pepohonan yang yang
menghasilkan O2 buat pertumbuhannya... para mahasiswa pun seharusnya bisa
berpikir lebih pada masa depan yang lebih mengguntungkan.. ya caranya hanya
dengan mencintai alam ini. kenapa??? kenapa harus dengan mencintai Alam ini??
coba kita lihat dan rasakan manusia mulai menciptakan barang-barang untuk
mendapatkan kemudahan dalam hidup mereka walau mereka tak menyadari
barang-barang tersebut dapat mencemari alam bahkan berdampak buruk bagi
kesehatan dan kehidupan manusia. Manusia juga menciptakan gedung-gedung
bertingkat untuk mengangkat kepala mereka dan menonjolkan keegoisan mereka,
hingga pada akhirnya manusia dan alam mengukir sejarahnya sendiri-sendiri. akan
tetapi kita sebagai orang-orang yang berpikir harus bisa menyeimbangkan antara
alam dan kehidupan kita, maka dari itu, di sinilah Kita para Sang PECINTA ALAM
se-indonesia seharusnya bergerak untuk Bumi kita yang Hijau dan Sehat....
sejarah perkembangan organisasi pecinta alampun telah lama berdiri, walaupun tak terorganisisr secara kompeten bahkan Pada sekitar tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m) di kawasan Vercors Massif. Waktu itu belumlah terlalu jelas apakah mereka ini tergolong sebagai para pendaki gunung yang pertama. Namun beberapa dekade kemudian orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois (sejenis kambing gunung). Mungkin saja mereka ini para pemburu yang mendaki gunung, namun inilah pendakian gunung tertua yang pernah dicatat dalam sejarah. Pada sekitar tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dapat dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Perancis. Lalu pada tahun 1852 puncak Everest setinggi 8840 meter diketemukan. Orang-orang Nepal menyebutnya Sagarmatha atau menurut orang Tibet menyebutnya Chomolungma. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itulah pendakian ke atap-atap dunia semakin ramai.
Untuk negara
tercinta kita pun telah banyak mengukir sejarah kepencinta alaman.dimulai sejak
tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan “Pegunungan sangat tinggi di
beberapa tempat tertutup salju” di Papua. Nama orang Eropa ini dikemudian hari
digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya
yaitu Puncak Carstensz. Pada tanggal 18 Oktober 1953 di Indonesia
berdiri sebuah perkumpulan yang diberi nama “Perkumpulan Pentjinta Alam” (PPA).
PPA merupakan perkumpulan hobby yang dimaksudkan sebagai suatu kegemaran
positif terlepas dari sifat maniak yang semata-mata ingin melepaskan nafsunya
dalam corak negatif. Perkumpulan ini bertujuan mengisi kemerdekaan dengan
kecintaan terhadap negeri ini selepas masa revolusi yang diwujudkan dengan
mencintai alamnya serta memperluas dan mempertinggi rasa cinta terhadap alam
seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Awibowo,
salah satu pendiri perkumpulan ini mengusulkan istilah pecinta alam karena
cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna
eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.”Bukankah kita
dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini ?.” Satu kegiatan besar yang pernah
diadakan PPA adalah pameran tahun 1954 dalam rangka ulang tahun kota
Jogja, mereka membuat taman dan memamerkan foto kegiatan. Mereka juga sempat
merenovasi Argodumilah (tempat melihat pemandang di desa Patuk) tepat di jalan
masuk Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. PPA juga sempat menerbitkan
majalah “Pecintja Alam” yang terbit bulanan. Namun sayang perkumpulan
ini tidak berumur lama, penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan
suasana yang belum terlalu mendukung hingga akhirnya pada tahun 1960 PPA
dibubarkan.
Sejarah pecinta
alam kampus di Indonesia dimula pada era tahun 1960-1970 an. Pada saat itu
kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan dikeluarkannya SK
028/3/1978 tentang Pembekuan Total Kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat
Mahasiswa yang melahirkan Konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan
mula-mula pendirian Pecinta Alam kampus dikemukakan oleh Soe Hok Gie
pada suatu sore, 8 Nopember 1964 ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat
setelah bekerja bakti di TMP Kalibata. Sebetulnya gagasan ini, seperti
yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta
alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus
1964 di Puncak Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan
Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di
kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah
melalui seleksi yang ketat, namun sayangnya organisasi ini mati pada usianya
yang kedua. Setelah berbincang – bincang selama kurang lebih satu jam semua
yang hadir antara lain : Soe Hok Gie, Maulana, Koy Gandasuteja, Ratnaesih (kemudian
menjadi Ny. Maulana), Edhi Wuryantoro, Asminur Sofyan Udin, D armatin
Suryadi, Judi Hidayat Sutarnadi, Wahjono, Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian
menjadi Ny. Judi Hidayat) sepakat untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan
harinya di FSUI.
Pada pertemuan
kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, di depan ruang
perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah disebut ditambah Herman
O. Lantang yang saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada
saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu
IMPALA singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah pendapat ditampung akhirnya diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar merubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bpk. Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, selain itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat perlindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal 11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.
IMPALA singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah pendapat ditampung akhirnya diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar merubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bpk. Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, selain itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat perlindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal 11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.
Dalam
tulisannya di Bara Eka (13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan
bahwa, “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme
di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah
air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak
percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan
jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah
air Indonesia secara menyeluruh barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot
yang baik.” Para mahasiswa itu diawali dengan berdirinya Mapala Universitas
Indonesia, mencoba menghargai dan menghormati alam dengan menapaki alam mulai
dari lautan hingga ke puncak-puncak gunung. Mencoba mencari makna akan hidup
yang sebenarnya dan mencoba membuat sejarah bahwa manusia dan alam sekitar
mempunyai kaitan yang erat. Sejak saat itulah Pecinta Alam merasuk tak hanya di
kampus melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, lorong-lorong
bahkan ke dalam jiwa-jiwa bebas yang merindukan pelukan sang alam.
TETAP LESTARI...............
0 komentar:
Posting Komentar